puisi-madu dilubang tikus

mengapa kau selalu melamun didalam kekecewaan
padahl kasurmu terbuat dari emas , bantalmu dari perak
selimutmu dari surga tapi mengapa kamar ini selalu
paanas seakan AC mu tak berpungsi lagi,
                   pidato kebenaran dakwah keadilan bagi pemimpin
                   yang pandai bersilat lidah didepan kucing lugu
                   bicara keras seperti bunyi sangkakala di hari kiamat
sejuta anak bangsa menjadi pendengar yang budiman
dibalik dustamu , sekarang kami hanya menunggu
madu datang dari lobang tikus atau menunggu
asap kematian dari lobang kenalpot plat berdasi
atau hanya gigit jari di kursi yang terbuat dari emas ini
                   sunggu aku hanya bisa menonton orang tertawa dari balik jendela kaca
                   ini sementara kami pilih saudara bukan karna saudara teman , atau family
                   kami tapi kami ingat dalil saudara saat masih mengemis suara kami .

puisi-negriku kebun ganja

lebih dari 69 tahun kami telah menunggu
madu bermerek madu atau racun bermerek racun
sabar 5 taun lagi, pikitku akan gila earas ku akan kabur
bibir asbakmu sangat sempurna 
                 tidak kah ada di kebunmu berbagai macam tanaman
                 ataukah tanam hanya satu jenis saja,itu beratri hanya musim**
                 saja ,jangan seperti patung , atau seperti mata ikan asin
bisikmu indah di telingaku menjanjikan didalam hatiku
tapi itu hanya angin surga , robahlah kebun ganja ini
menjadi kebun sawit , jangan kau kotori kepala sungai ini
karna ini sumber kehidupan bagi anak manusia
memang bibir tebu tapi hati empedu cerminlah
sahabat mu bukanka mereka juga dulu diselimuti kabut
didalam rumahnya kini mereka semua telah bebas
dari keterpurukan bahkan mereka sekarang diatas awan
                mengapa sampah bisa jadi hiasan bahkan lebih berharga,
                sementara hiasan kini menjadi sampah , ditangan mu
                kami titipkan harapan kami jangan tanyakan mengapa
                kami percaya semua omong kosong mu karna kami
                hanya anak singkong .

puisi-memendam rasa

angin berlahan menyambar tubuh kurusku
yang tanpa baju itu, gelisahh tak menyapa
mungkin lelah pun tak mengganggu tapi
tapi mengapa setiaku duduk di bangku kayu
yang berukuran 1x1 ini padahal tiada yang
menarik dari bangku ini
                                        tak ada yang istimewa tak ada yang spesial yang tersimpan,
                                        lebih dari arah jarum jam di tanganku tapi fikirku tak lepas dari
                                        mawar di ujung pandangan ku, yang saat ini sedang menari dan
                                        bermain di atas hatiku, ingin ku petik tapi aku takut durinya,
                                        ingin ku jamah tapi ku tak sanggup melangkah pagarnya
                                        ingin kutanam bibit bunga seperti itu tapi aku takut tak serupa
akhirnya hanya ku pandang dari sela'' pagar
dan ku nikmati keindahannya dari kejauhan,
kadang aku senyum, kadang aku sedih,
senyum karna indah bunga itu, sedih karna
aku tak bisa merih bunga yang selalu di hinggapi
kumbang berracun akhirnya hanya kukagumi dalam hayalku.

puisi-koruptor

gendut tubuhku tak seperti nasibku
kemana angin kesitu ku melangkah
perang ide, perang pendapat bahkan
 perang sahabat, sehingga banyak
anak manusia tak seperti manusia
banyak pemimpin tak seperti pemimpin
                                         ku ingin mengejar matahari mana bisa ku raih
                                          ku ingin memecah karang tentu jariku remuk semua
                                        tujuh lapis langit tujuh lapis bumi hanya bisa ku tonton
                                         dengan mata telanjang,
rindu pulang ke rumahsedang menggoda dan
 sedang bermain di sanubariku tak kuat ku
menahan rasa iri kepada saudaraku hingga
akhirnya aku balas semua apa yang pernah
aku pendam dan akhirnya aku makin sesat
                                            ilmuku di tarik tuhan sadar ku pun kabur hingga saat ku buka mata
                                            retnyata ku sedang berjalan di atas duri dan sedang berlari telanjang
                                            aku pintar tapi sok pintar, aku pandai tapi sok pandai, aku pandai menjerat
                                            tapi aku terjerat, ternyata matamu seperti malaikat.

puisi-penantian

yang kini ku sanjung di bawah hatiku
kapan datang mawar untukku, lelah menghitung hari
menunggu semua itu. menunggu kau jenuh di sana
menunggu kau sadar, bahwa ku tempatmu mengadu
menunggu sesalmu mengatakan akulah yang bisa,
                                    gelisah menggodaku sakit penantianku cemburu menyapaku
                                    rindu di pelukmu membuatku menjadi karang di ujung samudra,
                                    semoga badai ini cepat berlalu, takkan ada yang seperti dirimu
                                    dan takkan ada yang bisa, kadang emosi datang bahkan menjadi
                                    lautan di hatiku
kesalahanku melepasmu sehingga yang kita lalui menari''
di atas hatiku dosa terindah saat bersamamu
ya... ini tentang aku dan rinduku dan tentang sejuta
yang terlelap dalam gelapnya penantian
                                    mereka bilang aku hanya pengemis cinta dan mereka bilang aku hanya
                                    menggoda rindu tapi aku bilang akulah yang mampu tuk jalan,
                                    seperti hakim yang memutuskan suatu perkara atau sepertiku menggali
                                    kembali susunan alam di dalam sanubariku. lamunanku tersentak
                                    hasratku meronta memendam rindu di kejauhan, tapi itulah aku.

puisi-dan terbanglah

sebelum cahaya embun sering menyapa
sebelum cahaya embun sering mendongeng,
 saat kau layu kau datang padaku kuceritakan tentang
air yang mengalir sepanjang masa. ku ceritakan tentang
danau yang airnya semanis susu, ku ceritakan tentang
 laut yang damai, samudra tanpa badai tentang pegunungan yang indah
tentang hutan yang rimba dan penuh dengan pepohonan yang rindang
tentang pesawahan yang damai di siang hari
 tentang kampung yang sepi dari arus lalu lintas tapi penuh dengan
hukum adat dan tentang kota yang  penuh dengah gemerlap cahaya
penuh dengan taman, dan banyak lagi, tapi itu dulu
jauh sebelum kau sembuh dari lukamu
namun saat lukamu ku basuh dan kubalut dengan rasa sayang
bahkan penuh kasih kini kau sembuh dan tak tau siapa aku
tak kenal siapa orang yang salu menyanjungmu kini kau sudah sembuh
dan terbanglah carilah kepuasanmu di dunia ini.

puisi-alam murka

setelah fenomena ini
ntah siapa lagi yang menangis
ntah siapa lagi yang kehilangan ternak
ntah berapa banyak lagi yang kehilangan sahabat
ntah siapa lagi yang kehilangan saudaranya
ntah ibu mana lagi yang kehilangan anaknya
bahkan ntah berapa banyak lagi atau ntah
 siapa lagi yang kehilangan harapannya
tuhan terlalu singkat semua terjadi bahkan hanya
sekelip mata, 
mengapa semua terjadi apakah anak manusia sudah tak kenal 
lagi dengan norma'' adat atau memang tuhan sudah bosan melihat dosa
dan dosa lagi tak usah saling menyalahkan tangan'' nakal atau 
mengkaji lebih jauh,
tak usah dan tak perlu menyalahkan masa lalu atau 
salah siapa atau dosa siapa tapi benahi diri sendiri
walau kadang tersesat dalam mimpi atau tersesat dalam hayal fantasi
tapi hanya satu tuhan sadarkan kami atas wabah desa kami mengapa 
kami sering kehilangan kendali sehingga alam murka.

cerpen-aku dan kudaku

di suatu hari yang cerah, nampak seorang penunggang kuda bersama kudanya sedang asik menikmati keindahan hari, tiba-tiba mereka mendengar suara adzan siang dan tiba'' mereka melihat umat muslim
berbondong'' menuju ke mesdid, tiba'' kuda itu bertanya kepada majikan.
 ''siapa mereka tuan, dan mereka mau kemana...? tanya si kuda
 .''mereka umat muslim mau pergi ke masjid untuk sembahyang...!'' jawab si majikan.
 ''tuan tidak ikut tuan..?'' tanya si kuda lagi.
 ''tidak..!'' jawab sang majikan
 ''kita sama tuan'' jawab si kuda lagi
lalu mereka pergi meninggalkan tempat tadi, dan tidak berapa lama kemudian mereka mendengar suara lonceng berbunyi yang pertanda panggilan untuk umat kristen dan jamaah gereja pun berbondong'' pergi ke greja, dan kuda itu pun bertanya lagi.
 ''mereka siapa dan mau kemana, tuan...?'' tanya si kuda lagi.
 ''mereka umat kristen dan menuju ke gereja untuk sembahhyang...!'' jawab si majikan lagi.
 ''tuan tidak ikut..?''
 ''tidak..!''
 '' kita sama..!''
dan begitula seterusnya hingga mereka menyksikan dari berbagai agama yang berbeda'' dan sembahyang dengan cara yang berbeda'' namun tujuan sama.
    begitulah seiring jalan mereka menyaksikan berbagai fenomena alam dan berbagai cara orang memuja sang pencipta alam dengan cara masing''.
dalam keheningan kuda pun bertanya lagi.
 ''tuan tidak menyembah sang pencipta dan selalu menikmati rahmatnya...?''
 ''itu benar karna ku sekarang sedang dalam kebimbangan yang nyata...!''
 ''trus sampai kapan tuan...?''
 ''?!?!?!?!?!!?!...?''  
dan tidak lama kemudian mereka mereka pergi meninggalkan tempat tadi dan entahh mau kemana lagi.
begitulah jika seorang umat dalam kebimbangan dan tak tau tujuan hanya berjalan ntah kemana.

piusi-pasrah

saat senja datang, siangpun berlahan sudah 
pergi meninggalkan sepi bisu ini, semakin ku ingkari
semakin kusesali, namun semakin kau pahami semakin tak kau mengerti
jangan, jangan baca lagi cerita dalam novel ini karna 
sudah banyak yang buta di dalam hayal fantasinya
 karna semua keirian yang datang selalu membawa permusuhan 
hai nyanyian rindu......
berdansa bebaslah di dalam asaku, bosankah dinda slalu kupuja, jenukah dinda 
slalu kumanja, banggakah dinda slalu menjadi bait dalam serita cintaku
sungguh pun engkau tlah seindah bidadari yang sllu menari'' indah dalam jantung hatiku,
setelah kau pergi bersanding ria di balik awan di singasana kerajaan
langit yang di kawal oleh prajurit bintang, ku takan mengis,
karna ku mengerti mustahil ku gapai hatimu sementara diriku hanya sorang 
insan yang hanyut mengikuti arus jaman dan menikmati nada alam di sungai 
kehinaan yang mengalir ke lembah yang penuh duri dan lumut 
oh tuhan hapuskan lah jejak luka di hati ini...

puisi-jati diri

seakan letih menunggu hari, berjalan ku sepanjang sungai nil
dan seluas gurun pasir bahkan lebih dari ribuan kilo,
dan seakan malam, siang, langit, bumi, matahari, bulan,dan bintang
seakan enggan tuk menyapaku hanya nyanyian rindu dari angin
dan embun pagi yang slalu bersanding mesra pada kekuatanku ini,
bahkan setiap gang dan persimpangan jalan tlah ku lalui tak memberi arti
dalam hidupku di mana mawar yang harum dimana rembulan yang mesra
dimana prajurit bintang yang indah dengan kedipannya
di mana siang yang indah, mengapa hanya ada malam yang gelap dan pekat...?
oh....
dan ternyata mereka bersemayam di dalam hati ini
dan mengalir di setiap inci tubuhku masuk ke setiap sel darahku dan menjadi
mesin di syarap dan otak ku hingga setelah ku sadari dia tlah menjadi armada
di dalam tubuhku, hingga aku bisa bicara dengan sopan dan orang pun 
mengerti apa yang kukatakan, jati diri kau tak bisa di cari karna kau
akan datang seiring berkembangnya usia dan pemikiranku.

puisi-musnah

hay hujan usah kau menangis lagi takan ku bersedih
hay petir usah kau marah lagi takkan ku takut pd gertakanmu
hay badai kau takan bisa lagi mengusikku karna ku sekarang 
lebih tegar dan lebih kuat dari batu yg menjadi karang di pantai ini,
namun semua tlah hilang dan hanya menjadi kenangan dan mimpi lalu,
semua tlah hilang di lalap api kesombongnku,
di mana aku nyg dulu sekuat samudra dan setegar karang bahkan slalu
di puja kaum hawa,
oh tuhan ternyata di dunia ini iblis slalu membisikan yang tak baik
 untuk, ku slalu cendung pada api amarah dan pada permusuhan
tidak kah aku sedar bahwa semua ada masanya tapi 
kesombongan membuat semua musnah seperti kayu yang di lalap si jago merah.

puisi-di bawah kuasamu hamba takhluk

hay hujan....
usah kau menangis ku takkan bersedih,
hay petir...
takan ku takut lagi gertakanmu.
hay badai...
pergilah kau ke tengah lautan karna kami sudah 
setegar,dan sekuat karang,
inilah kataku,
ini demi kau dinda jangankan harta nyawapun kan ku berikan.
namun tak semulus yang kubayangkan jika semua 
sirna  begitu saja dilalap api amarah 
karna jalan pikiranku kadang bisa berubah''
karna hanya tuanlah yang mampu menjadikan semua
keindahan, tapi keburukan berasal dari diriku sendiri
oh tuhan....
mengapa semua secepat itu, di mana aku yang dulu
yang kekar, yang tampan, yang selalu di puja para kaum hawa
kini ku sadari semua tlah musanah siring waktu.

puisi-ntahlah

sepi bisu d ujung senja

pikirku pun buntu ntah apa yg harus ku perbuat
atau ntah apa yg harus kulakukan untuk hidupku nanti
 angin bisikanlah nada sepi 
hai...
jarum jam mengapa kau enggan tuk menunjukan arah hidupku
tp ku sadar di mana ku berpijak,

ini bumi tuhan bukan bumi kita....
please berikan ku jalan yg indah dan inda lagi
seperti yang tertulis dalam novel cinta